” TAWURAN PELAJAR SEMAKIN MARAK, SIAPA YANG SALAH ? “

     Menyaksikan semakin maraknya tawuran antar pelajar ahir-ahir ini membuat hati kita semakin miris, dan bertanya-tanya apa, siapa, dan dimana yang salah dari konsep pendidikan di Negeiri ini, Lembaga pendidikan-kah ?, kurikulum pendidikan-kah ?, masyarakat-kah atau pengambil kebijakan dibidang pendidikan, atau kita semua memang bersalah. Awalnya kita sering berasumsi bahwa tawuran itu adalah pencerminan dari rendahnya tingkat pendidikan suatu Masyarakat, jadi hanya pantas dilakukan dan terjadi pada masyarakat yang masih primitif atau masyarakat pedalaman’ atau suku yang jauh dari sentuhan budaya yang ( katanya ) maju. Tetapi melihat kenyataan sekarang ini, yang ternyata tawuran bukan hanya dilakukan oleh Masyarakat yang kita sebut ” kampungan ” tadi, tetapi juga dilakukan oleh masyarakat perkotaan yang katanya lebih pinter, lebih cerdas dan lebih maju bahkan tawuran sekarang ini juga banyak dilakukan oleh para mahasiswa yang katanya calon pemimpin masa depan negeri ini.
Yang memprihatinkan lagi masalah tawuran ” anak-anak kita ” ini juga sudah mulai dijadikan alat politisasi untuk meraih kekuasaan atau menjatuhkan lawan politik, ( jika kita saksikan komentar para ” tokoh ” masyarakat di media masa ), sehingga dampak yang kita rasakan bukan makin meredanya masalah tetapi semakin ruwet dan tak berujung pangkal. entah sampai kapan ?

A. Mengapa tawuran pelajar semakin marak

  1. Siapakah anak-anak itu
    jika kita ingin mengetahui siapakah anak-anak kita itu, maka kita harus tahu siapa yang membentuk, dimana di bentuk dan dari bahan apa bereka itu terbentuk.
    Anak-anak kita sekarang ini terbentuk dari situasi yang sangat tidak menguntungkan, lingkungan budaya kapitalisme, hedonisme, konsumerisme yang sedang berproses menuju ke arah yang semakin tidak jelas kemana jluntrungnya. Tidak ada atau hampir tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan contoh atau teladan. sehingga mereka mirip kertas kosong yang kita serahkan kepada mereka dan kita beri kebebasan yang sebesar-besarnya untuk diisi menurut selera mereka, dan ahirnya mereka benar-menar mengisinya dengan kemampuan benalar mereka, kebebasan, narkoba,pornografi, alkohol dan sebagainya. itulah anak-anak kita..!
  2. Apa yang kita berikan pada mereka
    Sudah ratusan tahun yang lalu sebenarnya kita telah menyadari bahwa ” ANAK ” bukanlah manusia dewasa yang kita potong jadi dua, mereka adalah anak, baik jasmaninya maupun rohaninya. Untuk membuat mereka dewasa atau menjadi manusia mereka harus diproses dengan cara yang baik dan benar di pabrik yang baik dan benar pula yang kita sebut Pendidikan, Masalahnya seperti apakah pendidikan kita selama ini ?

B. Peranan pendidikan
Jika kita melihat tingkat keberhasilah pendidikan di negra kita sekarang ini, jawabnya selalu dalam bentuk kuantitatif, tingkat kelulusan, lulusan sekolah mana ?, memiliki keterampilan apa ?, ijazahnya apa dan seterunya, yang acuannya tentu saja negara-negara barat yang liberalis, dengan patokan material. Lihat saja bahan ajar anak-anak kita di sekolah disatu sisi mata pelajaran yang mengembangkan keteraampilan rohaniah sangat kecil, disisi lain banyak materi pelajaran yang isinya ganda atau tumpang tindih.Walaupun para pengambil kebijakan pendidikan mengetahui hal itu anehnya tidak pernah merubahnya ! ( bersambung…)

Diterbitkan oleh bahtiyarzulal

- Lahir di Banyuwangi pada tanggal 04 November 1967, Pernah tinggal di Nganjuk, Kediri, Rembang, Semarang dan Buay Madang, OKU, Sumsel

Tinggalkan komentar